Haruskah kita mesti berselisih... ? ( Tips )

Wink

Haruskah kita mesti berselisih... ?
( Tips )


Berseteru...,
Bertengkar...,
Pertentangan....
Dan semua bentuk konflik antar pribadi maupun kelompok... ?


Haruskah... ?
Ya..., ibarat hidup itu sendiri, seakan tak pernah lepas dengan persoalan tersebut ( baca konflik ). Hampir di semua lini, baik dengan lingkungan, famili, sudara, teman ( sahabat ) bahkan dengan keluarga sendiri.

Pertentangan dan segala bentuk konflik selalu saja. bahkan bisa dipastikan akan menghiasi hubungan sosial kita dengan orang lain.

Jengkel, marah, tersinggung, dendam, dan semua bentuk perasaan yang dimunculkan akibat konflik itu sendiri, suka atau tidak, memang harus diterima. Sebab begitulah adanya.

Menolak... ?
Hasilnya sama saja. Tetap akan jengkel, marah dll.
Di samping itu, tidak berharap adanya konflik dalam sebuah dinamika kehidupan ( yang mesti berhubungan dengan orang lain ) adalah sebuah kemustahilan !
Semua pasti akan mengalami !

Tapi sayang..., semua bentuk konflik yang terjadi, baik antar personal dan kelompok ( bisa juga komunitas ) dengan pribadi atau kelompok yang lain, justru malah selalu dipahami secara negatif.

Dipandang dan di nilai secara sempit.
Demikian sehingga, konflik dan pertentangan justru malah menimbulkan dampak-dampak yang negatif pula. Akan berdampak negatif seperti : dendam, perkelahian, perpecahan, putusnya hubungan, bahkan sampai pada pembunuhan.

Keadaan di atas, jika harus disikapi secara sempit maka justru akan membuat semakin kacau dinamika personal ( perkembangan psikologis seseorang ) maupun secara sosial ( menjadi perpecahan, kacau dll ).

Untuk itu, pemikiran-pemikiran yang sempit atas konflik, bisa disimpulkan bahwa seseorang atau sekelompok orang, tidak mau atau tidak mampu memahami sudut pandang orang lain ( yang dianggap benar oleh orang lain ).

Perlu di ingat juga bahwa konflik atau segala bentuk pertentangan, terjadi akibat perbedaan sudut pandang yang ada.
Artinya, semua merasa mempunyai alasan dan pembenar atas suatu persoalan.

Perbedaan sudut pandang..., kesalahpahaman pemikiran dan masih banyak faktor yang melingkupinya. Bisa saja kedua-duanya benar. Atau yang lain kurang paham, dll.

Atau...,
Bisa juga terjadi karena saking gobloknya salah satu pihak .....
Tapi, jika pihak yang lain juga menanggapi kebodohan orang ..., berarti sama saja orang tersebut... sama-sama gobloknya.... ! wakakak... !
Dengan begitu bisa di tarik kesimpulan, bahwa konflik terjadi karena di picu oleh ketidakpahaman sudut pandang orang lain.

Ya ... mau bagaimana lagi, sudah tahu bodoh dan tak tahu malah ditanggapi. Malah jadi sulit untuk membedakan mana yang sebenarnya bodoh dan tidak tahu... ? : D kkkkkkk....

Akhirnya..., semua terjadi karena merasa benarnya sendiri....
Orang lain pasti salah !
Merasa paling hebat ...,
Merasa sudah jadi malaikat sejati....
Kalau sudah begini..., siapa yang sebenarnya bodoh dan kurang kerjaan... ?
Atau malah semua sudah tidak beres.... ( jiwanya ) ??? Semua malah seperti merasa jadi malaikat.... ? hehehe....
ya..., renungkan sendiri !

*****

Oke..,
Singkatnya..., kita tidak mungkin bisa mencegah adanya sebuah perbedaan.
Sebab perbedaan adalah ciri dari sebuah dinamika hidup itu sendiri.

Dengan demikian, konflik adalah bagian dari dinamika itu. Tanpa konflik, tidak mungkin kita bisa berkembang dan maju. Maka sudah sewajarnya jika perseteruan atau perselisihan harus disikapi dengan positif. Suka atau tidak suka. Sebab efeknya akan sama saja.

Malah jika kita mau menanggapi dengan positif dan menerima sebagai sebuah kenyataan hidup, maka kita pun akan mampu berkembang dan maju. Kecuali itu, hal ini justru bisa membuat kita lebih enteng atau mudah mengatasi semua konflik yang ada
.

Akhirnya..., berfikir positif dalam menghadapi semua persoalan ( termasuk di dalamnya konflik ), akan membuat diri kita semakin banyak mendapatkan energi positif. Sebuah energi yang mampu memberi kekuatan hidup. Kekuatan hidup yang akan selalu mendorong kita untuk berkembang dan maju.

Tentu saja jika hal tersebut bisa dilakukan, maka sukses dalam banyak hal akan semakin nampak di depan mata kita...., amin.


Semoga banyak manfaatnya.

Salam.
Masidan.

Ketua DPRD SUMUT Meninggal, Salah Siapa ? (Refleksi Kritis)



Ketua DPRD SUMUT Meninggal, Salah Siapa ?


Maaf ini tinjauan kritis ttg Moralitas Bangsa ! ( Bukan tinjauan Politik )

Kematian Ketua DPRD SUMUT memang cukup mengundang perhatian banyak pihak. Ya..., meninggal di tengah menghadapi unjuk rasa yang anarkis. Berita pun menjadi heboh ! Semua bisa dimaklumi, mengingat almarhum adalah ketua dewan Propinsi SUMUT.

Kemudian...,
Sebagaimana kultur masyarakat indonesia yang sering dipakai, jika terjadi peristiwa yang mengundang perhatian, apalagi ada korban tertentu, maka mengkambing hitamkan yang lainnya seakan menjadi lagu lama yang terus dituduhkan dan di cari-cari.


Ada yang bilang Polrinya yang tidak bertindak cepat ?
Kapolda & Kapolresnya yang harus dicopot ?
Ada yang bilang karena ada media lokal yang mempropaganda kasus tersebut.
Wah pokoknya macam-macam kambing hitamnya.


Akhirnya, semua menjadi melupakan beberapa hal yang seharusnya malah perlu diangkat dibalik hikmah tragedi tersebut

Di antaranya :

1. Saya heran, mengingat beratnya menjadi anggota dewan, apalagi menjadi ketua dewan, punya penyakit jantung kronis saja masih dipertahankan ?
Di telaah dari segi apapun, sudah nampak ada sistem yang seakan memang membiarkan sesuatu yang sangat rentan terjadi ( termasuk tragedi meninggalnya Ketua Dewan di SUMUT ). Belum di tinjau dari sisi mobilitas ataupun kesiapan fisiknya, tentu saja sudah tidak layak untuk tugas seberat itu ( aggota DPR atu DPRD ).


2. DPR dan kepentingan masyarakat tidak bisa dipisahkan. Dan sudah menjadi tanggung jawab DPR/D jika ada persoalan dengan kepentingan masyarakat itu sendiri. Kemudian, seharusnya DPR/D juga harus bisa memprediksi atau menganalisa segala kemungkinan yang akan terjadi atas segala kebijakan politik maupun publik.

Justru malah menjadi tanggung jawab mereka untuk berusaha menjadikan persoalan publik supaya tidak menjadi kacau atau anarkis. Demikian sehingga, mereka seharusnya melakukan komunikasi-komunikasi politik kepada masyarakatnya untuk bisa menemukan solusi ataupun rekayasa politik yang terbaik ( tentu saja rekayasa positif ). Bukan malah mendiamkan atau tak mau tahu segala kemungkinan yang akan terjadi.

Untuk itu, peristiwa unjukrasa yang cenderung anarkis, tak lepas dari lemahnya tanggung jawab Dewan untuk bisa meminimalisir persoalan tersebut agar tidak menjadi anarkis atau kacau. Bukankah itu sudah menjadi bagian dari tanggung jawab mereka.

Oleh karena itu, kalau terjadi anarkisme di dalam masyarakat, mereka tak bisa lepas tangan dengan persoalan itu. Sebab bisa jadi semua akibat macetnya komunikasi politik dan juga lemahnya kinerja mereka sendiri.


3. Karena tugas dewan yang tidak ringan, maka sudah menjadi kesiapan mereka untuk memikul tugas berat menjadi anggota DPR/D. Tentu saja dengan segala resiko yang tidak ringan pula. Termasuk di dalamnya resiko di penjara atau menjadi korban proses politik, harus siap dipikul dan diterimanya.

Untuk itu, contoh peristiwa DPRD SUMUT adalah sebagian resiko sebagai anggota dewan. Sebab kalau tidak mau resiko, sebaiknya tidak usah menjadi anggota dewan. Jadi jangan cuma mau enaknya saja.

Sehingga, bisa jadi lemah kinerja, justru akan menjadi resiko sendiri atas kegagalan proses politik di tempat mereka berada. Kemudian keadaan itu bisa saja membawa korban, kalau tidak masyarakatnya sendiri atau malah mereka sendiri. Korban, akibat kegagalan komunikasi atau proses politik yang seharusnya mereka bangun.

Bagaimana... mau cari kambing siapa ? hehehe.....


4. Mati..., bisa banyak sebab. Tapi kalau ajal sudah menanti, kapanpun dan dengan sebab apapun pasti akan terjadi. Penyebab hanyalah sebatas persoalan cara dan hikmah belaka. Ketika sesorang telah menjelang takdir.

Mati atau meninggal..., tak akan pernah bisa dihidupkan lagi.
Dan hikmah ( sebab akibat atau persoalan hukum yang memungkinkan ditindak lanjuti, kalau tidak ada ya sudah, selesai di situ saja ! ) akan selalu bisa menjadi pelajaran semua pihak.


Semoga Anggota DPRD, Partai atau Siapapun juga..., untuk tidak mudah mencari "kambing warna hitam" milik warganya sendiri.... !!! Sebelum mampu bisa melihat diri sendiri...

Siapa tahu... ternyata malah kita sendiri Kambingnya... ! wakakak.... !

Mudah-mudahan ada manfaatnya.

By Masidan.

Apakah Anda Mampu menghadapi Banyak Masalah... ??? ( Tips )



Apakah Anda Mampu menghadapi Banyak Masalah... ??? ( Tips )

Ya..., inilah yang bisa membedakan Kualitas seseorang. Apakah termasuk dalam kelompok orang-orang lemah dan bodoh... ? Atau termasuk di dalam kelompok orang-orang yang tangguh, pintar dan berkualitas.

Memang..., orang yang lemah dan bodoh dan berkualitas rendah... mempunyai kecenderungan suka mengumpat dan menghujat masalahnya sendiri. Dari pada berusaha menerima dan menghadapinya. Menghadapi dan menerima persoalan demi untuk menemukan solusi yang terbaik.

Jadi..., kebiasaan suka mengumpat, menghujat, mengeluh dan lain sebagainya... adalah bukti lemahnya diri dan rendahnya kualitas, untuk mampu menyikapi banyak persoalan.

Untuk itu..., pengumpat dan penghujat ! Adalah bagian yang lain dari sebuah kemungkinan besar, yang tak jauh dari ( termasuk ) sekelompok orang atau pribadi yang Lemah dan berkualitas rendah !

Tegasnya !
Pengumpat, penghujat sekaligus mudah mengeluh.... kemungkinan besar sekali termasuk sekelompok orang atau pribadi yang mudah untuk dipecundangi dan dibohongi.
wakakak.... !

Bisa saja, orang atau kelompok orang tersebut pandai di bidang tertentu. Tetapi, malah menjadi sangat bodoh dalam banyak hal yang tak disukai dan dibencinya, atau bisa juga memang tak dipahaminya.

Banyak memang orang yang bertipe demikian, menjadi merasa pintar tapi tidak pernah paham.... ??? kkkkkk.....
Atau malah, Kelihatannya pintar tapi malah tampak bodoh ! wakakak....


Sebab, orang yang cenderung mudah menghujat, mengumpat, mengeluh dan sejenisnya, pastilah akan semakin mudah menghindari banyak persoalan yang dihadapinya dengan cara tersebut.

Tentu saja, untuk mengalih ketidakpahaman, atau bisa juga ketidaksukaan, atau kebenciannya, dan lain sebagainya.


*****

Oleh karena itu...,
Orang yang cenderung menerima dan berusaha memahami setiap persoalannya, suka atau tidak suka, benci, tersinggung, marah dan lain sebagainya, sebagai sebuah kenyataan hidupnya. Maka, orang atau sekelompok orang yang demikian, mempunyai kecenderungan akan atau malah sudah mempunyai kualitas tertentu. Bahkan tak menutup kemungkinan termasuk orang-orang yang cerdas dan tangguh !


Tentu saja..., orang yang cenderung mempunyai tipe demikian... pasti ! Akan berusaha memahami dan sekaligus berusaha mencari solusi yang terbaik atas semua persoalan yang dihadapinya.

Untuk itu, orang yang mempunyai tipe demikian, kemungkinan besar tidak akan mudah mengumpat, menghujat, mengeluh dan lain sebagainya. Semua akibat atau efek, yang disadari atau tidak, telah menjadikannya banyak belajar dan berusaha memahami banyak hal ( termasuk masalah dan persoalan yang dihadapimnya ).

Dengan begitu, sekelompok orang ini biasanya akan terus berkembang pengetahuan dan cenderung semakin stabil emosinya. Maka wajar jika mereka akan semakin berbobot dan berkualitas !

Kemudian..., orang-orang di atas akan mempunyai peluang besar menjadi orang sukses secara menyeluruh..... !

Bukan sukses di bidang materi tetapi amburadul, bahkan berantakan anak dan rumah tangganya. wakakak...
Memang enak... ? Menjadi kaya tetapi Amburadul ( berantakan ) ! kkkkk

Kalau ada yang bilang enjoy saja... ya silahkan bersetubuh saja dengan materi sekalian.... ! wakakak
Atau malah jangan-jangan... ?
Mirip Om Tarsan ( manusia Hutan ) yang cocok hidup di hutan rimba dengan banyak hewan dan binatang.... ????


Bagaimana Bos... ?
Buktikan saja di lingkungan di mana Anda selalu berada... ?
...
He... he... he.... !

Semoga ada manfaatnya.

Masidan.